Di sebuah pondok kecil di pinggir hutan, seorang gadis muda bernama Lila duduk dekat perapian yang hangat. Suara kayu yang berderak memberikan kesan tenang di malam musim dingin yang dingin. Lila mengenakan sweater rajut tebal berwarna krem, sementara rambut hitamnya diikat rapi dengan bandana wol.
Di pangkuannya, seekor naga kecil yang menggemaskan dengan sisik yang memancarkan cahaya lembut duduk dengan nyaman.
Naga kecil itu bernama Lumi. Sejak pertama kali ditemukan oleh Lila di hutan, mereka tidak terpisahkan. Malam ini, mereka berbagi secangkir cokelat panas yang mengepul, sebuah tradisi yang mereka lakukan setiap malam saat salju turun.
"Enak, kan?" Lila tersenyum sambil mengaduk cokelat panas mereka dengan sendok kecil.
Lumi mengangguk dengan riang, memancarkan kilau lembut yang semakin memperindah suasana.
"Aku senang kita bisa menikmati malam-malam seperti ini bersama, Lumi," kata Lila dengan suara lembut sambil mengelus kepala naga kecil itu.
Lumi membalasnya dengan mendengkur lembut, seolah-olah mengerti setiap kata yang diucapkan Lila.
Di luar, angin berdesir membawa dinginnya salju, tapi di dalam pondok, kehangatan dan cinta memenuhi udara. Perapian yang menyala-nyala, harum cokelat panas, dan cahaya lembut dari Lumi menciptakan suasana yang begitu nyaman dan damai.
"Aku selalu merasa tenang saat bersamamu, Lumi. Rasanya semua masalah di luar sana tidak ada artinya," Lila merenung.
Lumi menatapnya dengan mata besarnya yang bersinar, seakan memberikan dukungan tanpa kata-kata.
Tiba-tiba, pintu pondok terbuka pelan. Lila dan Lumi saling berpandangan. Tidak ada yang diharapkan datang malam itu. Siapa yang bisa muncul di tengah malam musim dingin yang beku ini?
Dengan hati-hati, Lila meletakkan cangkir cokelat panasnya dan berdiri. Dia mendekati pintu, sambil memastikan Lumi tetap berada di dekat perapian.
Saat dia membuka pintu, angin dingin segera menyergapnya. Di ambang pintu berdiri seorang pria tua dengan jubah lusuh, wajahnya hampir tertutup oleh salju.
"Selamat malam anak muda, bolehkah aku menumpang berteduh sebentar? Salju di luar begitu deras," sapa pria tua itu dengan suara serak.
Lila ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. "Tentu, silakan masuk. Anda bisa menghangatkan diri di dekat perapian."
Pria tua itu masuk dan segera merasakan kehangatan dari perapian. "Terima kasih, kau sangat baik hati," katanya sambil duduk di kursi dekat perapian. Dia melihat Lumi dan tersenyum. "Naga kecil yang cantik. Apakah dia temanmu?"
"Ya, namanya Lumi. "Kami selalu bersama," jawab Lila.
Pria tua itu mengangguk. "Naga adalah makhluk yang luar biasa. Mereka punya kekuatan yang tak terduga." Lila mengangguk, setuju dengan ucapan pria tua itu.
Malam semakin larut, dan pria tua itu berbagi cerita tentang petualangannya. Lila dan Lumi mendengarkan dengan penuh perhatian. Hingga tiba-tiba, pria tua itu mengeluarkan sebuah batu kristal dari kantongnya. Batu itu bersinar dengan cahaya biru yang memukau.
"Aku punya sesuatu untukmu, Lila," kata pria tua itu sambil menyerahkan batu kristal tersebut.
"Ini adalah kunci ke masa depanmu. Tapi ingat, kekuatan ini datang dengan tanggung jawab besar."
Lila menerima batu kristal itu dengan tangan bergetar. Cahaya biru dari batu itu seolah-olah memanggilnya. Saat dia menyentuh batu itu, tiba-tiba semuanya berubah. Cahaya yang memancar dari batu itu membuat ruangan terasa berbeda, lebih terang, lebih magis.
Pria tua itu tersenyum. "Kau adalah penjaga yang kami tunggu-tunggu, Lila. Lumi adalah penjagamu, dan kini, dengan batu ini, kau memiliki kekuatan untuk melindungi dunia dari kegelapan yang akan datang."
Lila terkejut. "Apa maksud Anda? Aku hanya seorang gadis biasa."
"Tidak, Lila. Kau lebih dari itu. Kau adalah penjaga masa depan. Percayalah pada dirimu sendiri, seperti kau percaya pada Lumi. Bersama-sama, kalian akan menghadapi tantangan yang besar."
Dengan kata-kata itu, pria tua itu menghilang dalam kilauan cahaya. Lila dan Lumi saling berpandangan, menyadari bahwa hidup mereka baru saja berubah selamanya. Mereka kini memiliki tanggung jawab besar, tapi juga kekuatan yang luar biasa.
Di tengah malam yang dingin, Lila memegang erat batu kristal itu. Dia merasa lebih kuat dan lebih siap menghadapi apa pun yang akan datang. Bersama Lumi, dia siap melindungi dunia dari kegelapan yang mengancam.