Gemuruh petir menggelegar di atas langit Desa Aomori, membelah keheningan yang mencekam. Hujan deras mulai mengguyur, menciptakan simfoni alami yang mengalir di sepanjang jalan-jalan desa. Di sebuah rumah kuning yang mencolok, seorang pemuda bernama Haruto berdiri di depan jendela, menatap hujan dengan tatapan kosong.
Kenangan itu terus menghantui Haruto. Setahun yang lalu, di hari yang sama, ia kehilangan adiknya, Akira, dalam kecelakaan tragis. Akira, dengan senyuman yang selalu menghiasi hari-harinya, sekarang hanya tinggal kenangan yang membayang di sudut pikirannya. Hujan ini, yang dulu selalu membawa ketenangan, kini hanya mengingatkannya pada rasa sakit dan kehilangan.
Namun, hari ini ada sesuatu yang berbeda. Haruto memutuskan untuk keluar rumah, membiarkan hujan membasahi tubuhnya. Ia berjalan tanpa tujuan, membiarkan setiap tetes hujan mengalir di wajahnya, seolah-olah ingin menghapus segala kepedihan yang dirasakannya.
Di tengah jalan, Haruto melihat seorang gadis kecil yang berteduh di bawah pohon. Gadis itu memeluk erat boneka lusuhnya, tampak ketakutan. Tanpa pikir panjang, Haruto mendekati gadis itu dan menawarkan payung yang dibawanya.
"Kenapa kamu di sini sendirian?" tanya Haruto dengan lembut.
Gadis itu mengangkat wajahnya, matanya yang besar dan bulat menatap Haruto dengan rasa ingin tahu.
"Aku tersesat. Aku tidak tahu jalan pulang."
Haruto tersenyum tipis. "Jangan khawatir, aku akan membantumu pulang."
Mereka berjalan bersama, melewati jalanan desa yang licin dan basah. Gadis itu, yang kemudian Haruto ketahui bernama Yui, mulai bercerita tentang keluarganya dan bagaimana ia bisa tersesat.
Percakapan mereka membuat Haruto merasa sedikit lebih ringan. Ada sesuatu dalam kepolosan dan keceriaan Yui yang mengingatkannya pada Akira.
Setelah beberapa saat, mereka tiba di rumah Yui. Orang tua Yui menyambut mereka dengan penuh syukur dan kelegaan. Haruto merasa lega bisa membantu, meskipun sedikit, untuk menghapus rasa takut Yui.
Saat Haruto berbalik untuk pergi, Yui memanggilnya.
"Kak Haruto, terima kasih sudah membantuku. Semoga hujan ini bisa menghapus semua rasa sakitmu."
Kata-kata itu menghentak Haruto. Bagaimana bisa seorang gadis kecil mengetahui apa yang dirasakannya? Namun, kata-kata itu juga membawa kehangatan yang tak terduga. Ia tersenyum dan melangkah pergi, membiarkan hujan terus mengalir membasahi jalan.
Di tengah perjalanan pulang, Haruto berhenti sejenak. Hujan mulai mereda, dan matahari mulai muncul di ufuk timur. Cahaya keemasan menyinari jalan yang basah, menciptakan pemandangan yang indah dan menenangkan. Haruto menghela napas panjang, merasakan beban di dadanya perlahan terangkat.
Namun, saat ia hampir tiba di rumahnya, Haruto melihat seseorang berdiri di depan pintu. Sosok itu tampak familiar, meski terbalut dalam bayangan. Hati Haruto berdegup kencang saat ia mendekat.
"Akira?" bisiknya tak percaya.
Sosok itu berbalik, menampilkan wajah yang sangat dikenalnya. Itu memang Akira, dengan senyuman yang selalu ia rindukan.
"Kak Haruto, aku kembali."
Air mata bercampur dengan hujan di wajah Haruto. Ternyata, selama ini, Akira tidak meninggal. Ia hanya hilang, terjebak dalam badai yang memisahkan mereka. Dan sekarang, di tengah hujan yang membasahi desa, mereka akhirnya bersatu kembali.
Hujan ini memang telah menghapus semua rasa sakit kemarin, membawa harapan dan kebahagiaan yang baru. Di bawah langit yang cerah, Haruto dan Akira berjalan bersama menuju rumah, siap untuk memulai lembaran baru dalam kehidupan mereka.