Pengingat yang Tak Pernah Hilang

birthday reminder

Aku tidak pernah suka membuka e-mail di pagi hari. Tapi pagi ini berbeda. Aku hanya ingin mengalihkan pikiranku dari mimpi buruk semalam. Aku duduk di depan laptop dengan secangkir kopi yang masih mengepulkan asap, dan di sana, di antara tumpukan notifikasi dan promosi diskon, aku melihatnya.

"Reminder: Hari ulang tahun Nira akan segera tiba."

Seketika, rasa hangat kopiku berubah menjadi dingin. Aku terpaku, menatap layar dengan mata yang entah kenapa mulai memanas. Itu bukan ulang tahunku. Itu ulang tahunmu.

Aku lupa mematikan pengingat itu. Bertahun-tahun lalu, kita membuat kalender bersama di aplikasi ini, menandai semua tanggal penting: ulang tahun, anniversary, hari libur yang akan kita habiskan bersama. 

Saat itu, aku tidak pernah berpikir bahwa pengingat ini suatu hari akan berubah menjadi luka.

Aku mencoba mengabaikannya, tapi bayangmu kembali hadir. Wajahmu. Suaramu. Tawa kecilmu ketika kau selalu mengoreksi cara aku melipat baju. Semua itu berputar di kepalaku, tak tertahankan. 

Aku memutuskan untuk membuka e-mail tersebut, meskipun aku tahu apa yang akan kutemukan.

"Persiapkan hadiah terbaik untuk ulang tahun orang terkasih," tulisnya, lengkap dengan ikon balon warna-warni di sudut layar. 

Aku tertawa pahit. Hadiah? Apa yang bisa kuberikan untukmu sekarang? Aku bahkan tidak tahu di mana kau berada. Apa kau masih di sini? Atau kau sudah benar-benar hilang dari kehidupanku?

Ingatan tentang ulang tahun terakhir yang kita rayakan bersama tiba-tiba muncul. Kau tidak pernah suka pesta besar, jadi kita hanya duduk di balkon apartemen kecil kita, makan kue yang kubeli di toko roti favoritmu. 

Malam itu, kau memandangku dengan mata yang penuh harapan, lalu berkata, “Aku harap kita bisa seperti ini selamanya.”

Selamanya ternyata tidak selama yang kita kira. Selang beberapa bulan, semuanya berubah. Pertengkaran kecil berubah menjadi jurang yang tak bisa kita lewati. Aku tidak pernah tahu bagaimana semua itu bisa terjadi. 

Satu-satunya yang aku ingat adalah rasa hampa saat kau meninggalkan apartemen dengan koper kecil di tanganmu.

Hari ini, bertahun-tahun kemudian, pengingat e-mail ini adalah satu-satunya jejak yang tersisa darimu di hidupku. Aku berpikir untuk menghapusnya, tapi tanganku gemetar. 

Menghapusnya berarti menghapus salah satu dari sedikit hal yang menghubungkanku denganmu. Namun, membiarkannya tetap ada hanya memperpanjang rasa sakit ini.

Aku menutup laptop dan mencoba melanjutkan hari. Tapi sepanjang hari, e-mail itu seperti bayangan yang mengikuti ke mana pun aku pergi. Aku bahkan sempat berpikir untuk mengirimkan pesan padamu, sekadar ucapan selamat ulang tahun. Tapi apa gunanya? Nomormu mungkin sudah berubah, dan aku tak punya keberanian untuk mencarimu lagi.

Malam harinya, aku kembali duduk di depan laptop. Kali ini, aku membuka folder foto lama kita. Ada ratusan foto yang tersimpan di sana, tapi aku berhenti pada satu foto yang selalu menjadi favoritku. 

Kau sedang tertawa, memegang secangkir kopi, dengan latar belakang langit senja. Itu adalah momen sederhana, tapi entah kenapa selalu terasa istimewa.

Aku menatap foto itu lama, mencoba mencari keberanian. Akhirnya, aku membuka e-mail baru dan mulai mengetik:

“Selamat ulang tahun. Aku harap kau baik-baik saja. Aku masih menyimpan semua kenangan kita, meskipun aku tahu kau mungkin sudah melupakannya. Aku tidak berharap apa-apa, hanya ingin kau tahu bahwa aku tidak pernah benar-benar pergi.”

Aku ragu sebelum menekan tombol “Kirim”. Tapi akhirnya aku melakukannya. Aku tidak tahu apakah e-mail itu akan sampai padamu. Mungkin sudah terlambat, mungkin juga tidak.

Yang kutahu, aku hanya ingin mengingatkan diriku sendiri bahwa cinta, meskipun telah berlalu, tetap layak dirasakan. Bahkan jika itu hanya dalam bentuk pengingat kecil di e-mail.

Lebih baru Lebih lama