Di bawah cahaya lampu operasi
yang mencolok, Dr. Moggy, seekor kucing kekar dengan bulu merah menyala, berdiri tegak dengan tatapan tajam. Cakarnya yang ramping dengan cekatan menggenggam sebuah
jarum suntik berisi cairan ungu bercahaya.
Di meja operasi, terbaring seorang manusia yang kurus kering, tubuhnya gemetar tak berdaya.
"Tenanglah, Willy," Dr. Moggy mengeong pelan, suaranya bernada rendah dan
menenangkan. "Ini akan segera berakhir."
Willy
berteriak lemah, matanya yang sayu menatap Dr. Moggy dengan campuran ketakutan dan harapan. Dia sudah terbaring lemah selama berhari-hari, sakit misterius yang dideritanya menguras tenaganya.
Kabar tentang Dr. Moggy, dokter jenius yang tinggal di reruntuhan kota tua, telah sampai ke telinganya. Sebagai tindakan terakhir yang
tersisa, Willy dibawa ke tempat tinggal Dr. Moggy dengan harapan tipis untuk disembuhkan.
Dr. Moggy mengamati cairan ungu itu dengan saksama. Ramuan itu adalah hasil penelitiannya selama
berbulan-bulan, diracik dari tanaman langka yang
ditemukan di reruntuhan laboratorium manusia. Tak ada jaminan ramuan itu akan
berhasil, tapi itu satu-satunya kesempatan Willy.
"Ini adalah formula eksperimental," Dr. Moggy menjelaskan kepada Willy.
"Cairan ini mungkin menyembuhkanmu, tapi mungkin juga..." dia ragu-ragu sejenak, "...memiliki efek samping yang tidak
terduga."
Willy terdiam, tak kuasa berkata-kata. Dia tahu risikonya, tapi dia juga tahu tanpa ramuan itu, hidupnya tak akan lama lagi. Dengan anggukan pelan, dia seolah memberikan persetujuannya.
Dr. Moggy menarik napas dalam. Dia tidak tega melihat penderitaan Willy, tetapi rasa ingin tahu ilmiahnya yang besar mendorongnya
untuk melanjutkan eksperimen ini. Dengan tangan yang mantap, dia menusukkan jarum suntik itu ke lengan kurus Willy. Cairan ungu itu mengalir pelan ke dalam tubuh si manusia.
Willy tersentak kaget. Matanya melebar dan tubuhnya
menegang. Dr. Moggy sigap mengamati reaksinya. Detik-detik berlalu dengan hening yang mencekam. Tak ada tanda-tanda penolakan dari tubuh Willy. Cairan ungu itu tampaknya diterima dengan baik.
Namun, beberapa saat kemudian, kulit Willy mulai bercahaya samar. Cahaya itu perlahan-lahan semakin terang, hingga akhirnya seluruh tubuhnya bersinar seperti lampu
neon. Dr. Moggy terpaku melihat perubahan itu. Dia belum pernah menyaksikan hal seperti ini sebelumnya.
Willy mengeluarkan erangan pelan. Cahaya itu tampaknya memberinya
energi yang luar biasa. Dia bangkit dari meja operasi
dengan gerakan lincah, jauh berbeda dari kondisinya yang
lemah sebelumnya. Matanya yang dulu sayu kini
bersinar tajam, seolah-olah dipenuhi dengan kecerdasan
yang tak terduga.
Dr. Moggy melangkah mundur secara naluriah. Ada sesuatu yang berbeda dari Willy sekarang. Aura yang dipancarkannya terasa asing dan sedikit
mengancam. Willy memiringkan kepalanya, menatap Dr. Moggy dengan intens.
"Apakah... Anda baik-baik saja, Dr. Moggy?" Willy bertanya. Suaranya masih pelan, tapi intonasinya terdengar berbeda, lebih terartikulasi dan... hewani?
Dr. Moggy tersentak kaget. Dia ternganga tak percaya. Ramuan itu tidak hanya menyembuhkan Willy, tapi juga mengubah sifatnya menjadi seperti kucing! Pikiran Dr. Moggy dipenuhi dengan pertanyaan
dan kekhawatiran. Apa yang telah dia ciptakan?
Willy
melompat turun dari meja operasi dengan gerakan lincah. Dia menggerakkan tubuhnya dengan penuh rasa ingin tahu, seolah-olah sedang mempelajari kemampuan barunya. Dr. Moggy memperhatikannya dengan
saksama.
"Willy," Dr. Moggy akhirnya angkat bicara, suaranya bergetar. "Apa yang kamu rasakan?"
Willy
menatap Dr. Moggy lagi. Matanya yang bersinar itu seolah-olah sedang menyelidiki
pikiran Dr. Moggy. "Aku merasa... berbeda," jawabnya. "Lebih kuat, lebih lincah. Dan aku merasa... seperti seekor kucing."
Dr. Moggy menelan ludah dengan susah payah. Seperti kucing? Kata-kata itu terngiang-ngiang di
kepalanya. Apakah ramuannya tidak hanya
meningkatkan kesehatan Willy, tapi juga nalurinya? Dan jika itu benar, bagaimana masa depan mereka setelah
ini?
Willy
berjalan ...dengan tenang mendekati Dr. Moggy, matanya yang bersinar tidak pernah
lepas dari sang dokter. Dr. Moggy mundur selangkah lagi, nalurinya memberinya peringatan.
"Dr. Moggy," suara Willy terdengar tenang
namun tegas, "Apa yang terjadi dengan dunia
ini? Mengapa kita, para kucing, harus hidup di reruntuhan?"
Dr. Moggy terdiam. Pertanyaan itu menusuk hatinya. Kehancuran peradaban manusia adalah sebuah misteri yang
masih belum terpecahkan. Para kucing, yang dulunya menjadi peliharaan manusia, terpaksa beradaptasi untuk bertahan hidup di dunia yang
sunyi dan penuh bahaya.
"Aku... tidak tahu pasti," Dr. Moggy akhirnya menjawab, suaranya pelan.
"Tapi para tetua bercerita tentang sebuah bencana besar yang
menimpa manusia. Mereka lenyap begitu saja."
Willy mengernyit. "Bencana apa?"
Dr. Moggy menggeleng. "Tidak ada yang tahu."
Willy diam sejenak, seolah sedang memproses informasi
baru itu. Kemudian, dia mengangkat kepalanya, tatapannya tajam dan penuh tekad.
"Aku akan mencari tahu," katanya mantap. "Dengan kemampuan baru ini, aku akan mengungkap misteri hilangnya manusia dan
membangun kembali peradaban ini, tapi dengan kucing sebagai
pemimpinnya."
Dr. Moggy terperangah. Dia tidak pernah membayangkan ambisi sebesar itu terlintas
dalam benak seorang manusia. Meskipun niat Willy mungkin mulia, Dr. Moggy merasakan firasat buruk.
"Willy," Dr. Moggy memberanikan diri untuk
bicara, "Apakah kamu yakin itu yang
terbaik? Manusia dan kucing bisa hidup
berdampingan dengan damai."
Willy
mendengus. "Dr. Moggy, naif sekali Anda mempercayai hal
itu. Bukankah manusia yang telah
menghancurkan dunia ini? Bukankah mereka yang telah
memenjarakan dan menindas kita selama berabad-abad?"
Dr. Moggy terdiam. Dia tidak bisa membantah argumen
itu. Sejarah memang dipenuhi dengan
kisah eksploitasi manusia terhadap hewan. Tapi benarkah semua manusia seperti
itu?
"Mungkin
tidak semua manusia jahat," Dr. Moggy mencoba berargumen.
"Mungkin ada segelintir yang masih baik dan bisa diajak
bekerja sama."
Willy menggeleng. "Sudah terlambat untuk harapan
naif seperti itu, Dr. Moggy. Dunia ini milik para kucing sekarang. Dan dengan kecerdasan serta kemampuan baru yang aku miliki, aku akan memimpin era kejayaan para kucing."
Dr. Moggy menatap Willy dengan tatapan cemas. Ramuan yang dia ciptakan telah melahirkan sesuatu yang jauh
melebihi ekspektasinya. Dia tidak hanya menciptakan obat, tapi juga mungkin... seorang tiran.
Pikiran
Dr. Moggy dipenuhi dengan dilema. Dia harus menghentikan ambisi Willy sebelum terlambat. Tapi bagaimana caranya? Willy sekarang memiliki kekuatan
dan kecerdasan yang jauh melebihi seekor kucing biasa.
Tiba-tiba, Dr. Moggy teringat catatan-catatan
penelitian manusia yang dia temukan di reruntuhan. Ada bahasan tentang efek samping dari zat tertentu yang
dapat mempengaruhi kecerdasan. Mungkin ada formula lain yang bisa
dia gunakan untuk menetralisir efek ramuan sebelumnya.
Dengan
tekad baru, Dr. Moggy menatap Willy. "Willy," suaranya tegas, "Mungkin ada cara lain. Aku sedang meneliti formula yang
bisa membantu mengembalikanmu seperti semula."
Willy
menyipitkan matanya. "Dan jika aku menolak?"
Dr. Moggy menegakkan tubuhnya, siap menghadapi konsekuensinya. "Kalau begitu, aku tidak punya pilihan selain
menghentikanmu," jawabnya mantap.
Willy
terdiam, aura tegang menyelimuti ruangan
operasi. Pertempuran antara sang kreator dan
ciptaannya baru saja dimulai. Masa depan para kucing, dan mungkin juga sisa-sisa peradaban manusia, bergantung pada siapa yang akan menang.