Dia pergi begitu saja. Tanpa kata-kata, tanpa penjelasan. Hanya sebuah pesan singkat yang tertinggal di layar ponselku: "Aku harus pergi. Maaf."
Aku mencoba menelepon, tapi nomernya sudah tidak aktif. Aku mencoba mencari tahu di mana dia, tapi seolah-olah dia menghilang dari muka bumi. Dia, orang yang selama ini menjadi bagian dari hidupku, tiba-tiba menjadi seorang yang asing lagi. Seorang yang dulu begitu dekat, tapi sekarang hanya tinggal kenangan.
Aku ingat pertama kali bertemu dengannya. Dia duduk di sudut kafe itu, buku terbuka di tangannya, dan senyum kecil yang selalu menghiasi wajahnya setiap kali dia membaca sesuatu yang menarik.
Aku tidak sengaja menumpahkan kopiku di mejanya, dan alih-alih marah, dia malah tertawa. Tertawanya seperti musik, ringan dan menenangkan. Sejak saat itu, kami mulai berbicara, berbagi cerita, dan tanpa sadar, dia menjadi bagian dari hidupku.
Dia selalu ada saat aku membutuhkannya. Saat aku gagal dalam wawancara kerja, dia yang membawaku es krim dan mendengarkanku mengeluh sepanjang malam. Saat aku kehilangan seseorang yang sangat kusayangi, dia yang memelukku erat, membiarkan aku menangis di bahunya.
Dia selalu tahu apa yang harus dikatakan, atau kapan harus diam dan hanya mendengarkan. Dia adalah orang yang membuatku merasa berarti, bahkan saat aku merasa dunia ini terlalu berat untukku.
Tapi sekarang, dia pergi. Dan aku tidak tahu kenapa.
Aku mencoba mengingat setiap detik yang kami habiskan bersama. Aroma parfumnya yang lembut, seperti bunga melati yang baru mekar di pagi hari. Senyumnya yang selalu bisa membuat hari burukku menjadi lebih baik.
Dan tawanya, tawanya yang selalu mengingatkanku bahwa hidup ini tidak selalu serius. Aku merindukan semua itu. Aku merindukannya.
Tapi yang paling aku rindukan adalah kehadirannya. Cara dia memandangku dengan mata yang penuh pengertian, seolah dia tahu apa yang sedang aku pikirkan bahkan sebelum aku mengatakannya.
Cara dia memegang tanganku saat aku merasa takut, memberiku keberanian untuk terus melangkah. Dia adalah orang yang membuatku merasa bahwa aku tidak sendirian.
Dan sekarang, aku sendirian lagi.
Aku tahu bahwa hidup ini tidak selalu berjalan sesuai rencana. Orang-orang datang dan pergi, dan terkadang kita tidak pernah benar-benar tahu mengapa. Tapi tetap saja, kepergiannya meninggalkan luka yang dalam. Luka yang mungkin tidak akan pernah benar-benar sembuh.
Aku mencoba membayangkan di mana dia sekarang. Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia masih tersenyum seperti dulu? Apakah dia masih ingat padaku, seperti aku yang masih mengingatnya setiap hari? Aku berharap dia bahagia, meskipun kebahagiaan itu tidak lagi bersamaku.
Aku ingin mengucapkan terima kasih padanya. Terima kasih untuk semua yang dia lakukan untukku. Untuk semua tawa, pelukan, dan kata-kata yang membuatku merasa hidup. Aku tahu aku akan sangat merindukannya. Aku akan merindukan segala sesuatu tentang dirinya.
Dan jika kita tidak pernah bertemu lagi, aku berharap dia bahagia sampai akhir hidupnya. Aku berharap dia menemukan semua yang dia cari, dan bahwa dia tidak pernah berhenti tersenyum.
Terima kasih, dan aku mencintaimu untuk yang terakhir kalinya.
Tidak peduli ke mana hidup membawa kita, kamu akan selalu menjadi bagian dari diriku. Seorang yang pernah begitu dekat, tapi sekarang menjadi orang asing lagi. Seorang yang meninggalkan kenangan indah, tapi juga luka yang dalam.
Selamat tinggal, orang asing favoritku. Aku akan merindukanmu.